"Tetapi karena
kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang.."(1 Korintus
15:10)
Hidup dari panggung ke panggung
lainnya meliput berbagai acara musik selama beberapa tahun membuat saya
memperoleh begitu banyak kisah yang jarang dipublikasikan orang. Saya bertemu
berbagai macam artis dengan segala tingkah polah masing-masing. Ada yang ramah
dan bersahabat, ada yang pintar berbasa-basi, ada pula yang cuek bahkan angkuh.
Ada yang mau terbuka bercerita apa saja, ada yang lekas curiga. Ketenaran
bukanlah alat ukur untuk sombong tidaknya seseorang, karena secara umum
artis-artis yang sudah makan garam selama puluhan tahun justru sangat ramah dan
bersahabat. Salah seorang artis senior yang pasti anda kenal baik jika saya
sebut namanya bercerita bahwa ia kecewa melihat perilaku banyak artis muda saat
ini. Mereka arogan, gampang memandang rendah orang lain bahkan dengan tidak
segan-segan berani memerintah orang yang lebih senior dari mereka. Ada banyak
diantara mereka, katanya, yang tidak mau merapikan alat musiknya sendiri dan
hanya melenggang keluar dari panggung begitu pertunjukan selesai. Honor sangat
menentukan bagi mereka, berkurang sedikit saja maka mereka akan uring-uringan
bermain atau malah menolak untuk tampil. Cerita ini saya peroleh dari seorang
artis legendaris kita yang kecewa melihat generasi muda dengan sikap arogan.
"Mereka lupa bahwa semua itu berasal dari Tuhan dan bukan karena kehebatan
mereka." katanya.
Saya memahami betul perasaannya,
dan apa yang ia katakan memang menjadi gambaran secara umum mengenai kondisi
panggung hiburan saat ini. Memang tidak semua, karena saya juga bertemu dengan
artis-artis muda yang rendah hati, ramah dan bersahabat. Ada pula yang masih
tetap melayani Tuhan dengan rajin walaupun ia sudah mencapai kesuksesan. Memang
benar, kemampuan yang mereka peroleh adalah hasil kerja keras mereka belajar
dan latihan hingga sukses. Tetapi kemampuan untuk menerima pelajaran, bakat dan
sebagainya pun berasal dari Tuhan. Itulah sebabnya sangatlah penting bagi kita
untuk menyadari betul siapa dan dimana posisi kita sebenarnya. Kita memang
harus bekerja dan berusaha keras dalam hidup, tetapi tanpa kasih karuniaNya
tidak akan ada satupun yang bisa kita capai. Tanpa kasih karuniaNya tidak akan
ada pencapaian-pencapaian luar biasa yang bisa kita peroleh. Tanpa Tuhan,
kita bukanlah apa-apa. Kita ada sebagaimana diri kita sekarang, itu adalah
atas penyertaanNya, atas kasih karuniaNya.
Paulus menyadari betul hal ini dan
dia pun menyampaikan "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah
sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku
tidak sia-sia.Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua;
tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku." (1
Korintus 15:10). Aku ada sebagaimana aku ada sekarang, itu adalah hasil kasih
karunia Allah, dan semua itu tidak ada yang sia-sia. Kita pun demikian. Kita
ada sebagaimana kita sekarang, itu adalah hasil kasih karunia Allah. Pada
kesempatan lain ia kembali mengingatkan hal yang mirip: "Tetapi
harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang
melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami." (2
Korintus 4:7). Bukankah berkat, kekuatan atau talenta itu semuanya berasal dari
Tuhan? Paulus merupakan hamba Tuhan yang begitu luar biasa dalam mewartakan
kabar keselamatan. Tetapi dengan tulus ia mengakui bahwa keberhasilan
pelayanannya bukanlah atas hasil keberanian dan kehebatannya. Bukan karena
kepintaran, kekuatan dan kesanggupannya saja, melainkan berasal dari karunia
Allah yang menyertainya. Maka sudah sepantasnya pula kemuliaan menjadi milik
Tuhan dan bukan untuk kita pakai menyombongkan diri di hadapan orang lain.
Yesus berkata: "Akulah
pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku
dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat
berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5). Kita akan berbuah banyak jika
kita berada didalam Dia dan Dia berada di dalam kita. Tanpa itu kita bukanlah
apa-apa. Ayub mengatakan bahwa manusia itu singkat umurnya. "Seperti
bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan
tidak dapat bertahan." (Ayub 14:2). Apalah artinya kita tanpa
kasih karunia Tuhan? Maka dari itu kita harus ingat bahwa tidak ada satupun
alasan yang bisa kita pakai untuk memegahkan atau menyombongkan diri, merasa
hebat ketika kita mengalami keberhasilan dalam berbagai hal. Without
God we're nothing.
Jika kita menelusuri kisah hidup
Yusuf dalam kitab Kejadian, kita pun bisa melihat bagaimana Yusuf muda terus
berpindah dari satu masalah ke dalam masalah berikutnya. Tetapi lihatlah
bagaimana ia tetap berbuah dan berhasil dalam setiap langkahnya, termasuk
ketika ia sedang dalam masalah. Semua itu bukan karena kehebatannya melainkan
karena penyertaan Tuhan atas dirinya. Daud tahu itu, dan Alkitab jelas mencatat
akan hal itu. "..karena TUHAN menyertai dia dan apa yang
dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil."(Kejadian 39:23b). Dalam keadaan
sulit sekalipun kita bisa tetap menuai keberhasilan, dan itu semua karena ada
Tuhan yang menyertai kita, ada Roh Tuhan yang memampukan kita untuk maksimal.
Dalam kitab Zakharia dikatakan: "Bukan dengan keperkasaan dan
bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta
alam." (Zakharia 4:6).
Ada banyak orang yang jatuh justru
disaat mereka mulai merasakan kesuksesan atau keberhasilan. Bahkan di antara
orang percaya sekalipun termasuk hamba-hamba Tuhan bisa terjatuh karena
kesombongan. Kemuliaan seharusnya menjadi hak Tuhan dan bukan hak kita. Dan
lihat Firman Tuhan pun berkata: "Ia harus makin besar, tetapi aku
harus makin kecil." (Yohanes 3:30). Janganlah kita sampai berani
mencuri apa yang menjadi hak Tuhan. Ingatlah bahwa kita ada sebagaimana kita
ada sekarang adalah hasil dari kasih karunia Tuhan. Semakin tinggi kita naik,
semakin rendah hati pula kita seharusnya. Ingatlah bahwa Roh Kudus hanya bisa
bekerja bagi orang yang hatinya dipenuhi kerendahan dan mau dibentuk. Jika
kesuksesan hadir hari ini, bersyukurlah dan jangan jadikan itu untuk bersikap
angkuh dan lupa diri. Sebaliknya pakailah itu untuk memberkati sesama dan memuliakan
Tuhan atas segala kasih karuniaNya yang luar biasa yang telah Dia curahkan atas
kita.
Bukan kuat dan hebat kita, tetapi
kasih karunia Allah-lah yang menjadikan kita sebagaimana kita hari ini
~Sola Gracia~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar